Mungkin Bisa Menjadi Sebuah Renungan Untuk Kita
Dunia hiburan kembali dikejutkan oleh meninggalnya salah satu
personel Trio Libels, Yanni Djunaedi atau yang biasa kita kenal Yanni Libels. Di
toilet Bandara Soekarno Hatta sesaat setelah pesawat yang membawanya mendarat,
almarhum mengeluh sakit dan minta tolong petugas toilet. Ia langsung dibawa ke
ruang medis setempat, namun nyawanya tak tertolong. Besar dugaan ia meninggal
akibat serangan jantung.
2 jam sebelum kejadian, almarhum masih sempat membuat status
di media sosialnya. Umur memang tak pernah ada yang tahu kapan habisnya. Lalu,
produser saya meminta data siapa saja artis yang meninggal akibat serangan
jantung. Sebut saja, Alm. Adjie Massaid, Ricky Jo, dan Basuki. Ketiganya meninggal
secara tidak terduga (bisa dikatakan demikian). Alm. Adjie Massaid dan Alm. Basuki
meninggal setelah bermain futsal, sedangkan Alm. Ricky Jo setelah meeting di kawasan Setiabudi Jakarta Selatan.
Gejalanya sama, mengeluhkan rasa sesak dan sakit di dadanya.
Saat saya mencari data-data mengenai mereka, jujur saja
pikiran saya sangat kalut. Tidak tidak, bukan karena saya memiliki hubungan
saudara dari mereka, namun ini terjadi dengan orang yang sangat saya sayangi.
Telepon di akhir pekan tetap menjadi rutinitas saya dengan
mama dan abah. Namun, minggu ini terasa berbeda dari segi bahasannya.
“Kamu lagi libur? Masuk apa minggu depan?”
“Iya liburnya Sabtu Minggu. Tapi minggu depan udah mulai masuk
siang.”
Basa-basi dengan obrolan yang menyenangkan.
“Nok, mama baru pijet. Mama kan suka tiba-tiba dadanya nyeri
trus sesak. Kata Bu RT (mama dekat sama bu RT memang) coba suruh periksa atau
pijet di daerah Talun (Kabupaten Pekalongan). Ya udah mama kesana dianter abah
kan ya. Tau ga mama dateng jam 8 padahal ya baru beres jam 4 sore saking
ngantrinya. Itu sistem pijitnya cuma pijit telapak kaki, jadi ketahuan sarafnya
yang sakit nyambungnya kemana.”
“Trus katanya gimana?”
“Iya, yang sakit nyambungnya ke jantung. Di bagian yang
dipijet yang nyambung ke jantung itu juga merah dan sakit banget. Katanya sebenernya
mama udah lama tapi diabaiin aja. Iya sih, sakit di dadanya emang suka dirasain
doang, kan mama kira angin biasa ya.”
Saya diam. Nahan nangis supaya ngga kedengeran sama mama. Lalu
beliau melanjutkan,
“Mba Fat (kakak saya) juga bilang gitu. Temennya yang bisa ‘liat’
katanya ngasih tau kalo mama ada sakit jantung. Tapi kan mama ngga pernah
peduliin itu, males periksa hehe. Oh ya, abah juga minta dipijit biar tahu ada
penyakit apa kan. Tapi Alhamdulillah abah sehat, biar gemuk tapi ngga ada
penyakit apa-apa. Ya cuma ginjal sebelah kanan kalo ngga salah agak kotor,
kurang minum air putih.”
“Mama ngga mau periksa ke dokter?”
“Nggak ah, ini aja pijit. Kebanyakan obat ngga baik buat
tubuh. Banyak bahan kimia.”
Dalam pembicaraan telepon tersebut, mama tampak tenang dan
baik-baik saja, malah dianggap bercanda. Sedangkan lawan bicaranya sudah
menangis diam-diam, sambil sesekali menjawab pertanyaan mama.
Jalan 6 tahun saya merantau jauh dari orang tua. Yang paling
sedih bukan karena jauhnya, tapi ketika saya tak menyadari bahwa mama dan abah semakin
tua dan sakit seiring berjalannya waktu. Jujur saya tidak pernah menyangka
penyakit tersebut akan mampir di keluarga saya. Dan saya pun bukan orang yang
bisa pulang setiap saat, baik secara finansial maupun waktu. Semua
memiliki perencanaan. Tapi perencanaan kemudian kalah dengan adanya kabar ini.
Selama ini yang saya lihat, mama sehat-sehat saja. Tak pernah
keluar keluhan apapun selain merasa badan pegal-pegal. Sakit pun hanya sebatas
flu karena pergantian musim. Jika ditanya mengenai gaya hidup, mama bukan
tipikal orang yang neko-neko. Semua makanan beliau masak sendiri tanpa
menggunakan MSG. Setiap hari makan sayur dan makanan sehat lainnya juga teratur
(beda dengan anaknya yang makan asal comot dan seinginnya saja). Mama tipikal
orang yang aktif bergerak. Beliau superpower yang juga bisa mengerjakan pekerjaan yang
biasanya dilakukan laki-laki.
Kita semua tahu, penyakit jantung adalah salah satu penyakit
yang merenggut nyawa paling kejam karena tanpa permisi. Memang semua itu
kehendak Yang Di Atas, Yang Maha Memiliki. Dan Tuhan pasti tahu apa doa saya
untuk mama, agar mama sembuh, terus diberikan kesehatan karena rasanya masih
banyak jasa beliau yang belum saya balas. Saya ingin membahagiakan beliau dan
masih banyak keinginan-keinginan lainnya yang Tuhan pasti tahu apa yang ada di
dalam hati saya.
Saya menulis hal ini bukan karena apa-apa. Hanya sebagai
pengingat dan bahan introspeksi, penyakit apapun bisa datang ke kita kapan
saja, meskipun kita tidak pernah neko-neko dalam menjalani hidup. Benar apa
yang orang sering bilang, sehat itu mahal harganya.
Saya ingin mengutip sebuah pesan yang dituliskan oleh Alm. Yanni Libels di akun facebooknya, tertanggal 24 Maret 2015 pukul 07.37 WIB, yang barangkali bisa dijadikan sebagai bahan renungan.
INI BUKAN PESAN
“SAYA PIKIR... SAYA PIKIR...”
Saya pikir, hidup itu harus banyak meminta – ternyata harus banyak memberi
Saya pikir, sayalah orang yang paling hebat – ternyata ada langit di atas langit
Saya pikir, kegagalan itu final – ternyata hanya sukses yang tertunda
Saya pikir, sukses itu harus kerja keras – ternyata kerja cerdas
Saya pikir, kunci surga ada di langit – ternyata ada di hatiku
Saya pikir, Tuhan selalu mengabulkan setiap permintaan – ternyata Tuhan hanya memberikan yang kita perlukan
Saya pikir, makhluk yang paling bisa bertahan hidup adalah yang paling pintar, atau yang paling kuat – ternyata yang paling cepat merespon perubahan
Saya pikir, keberhasilan itu karena turunan – ternyata karena ketekunan
Saya pikir, kecantikan luar yang paling menarik – ternyata inner beauty yang lebih menawan
Saya pikir, kebahagiaan itu ketika menengok ke atas – ternyata ketika melihat ke bawah
Saya pikir, usia manusia itu diukur dari bulan & tahun – ternyata dihitung dari apa yang telah dilakukannya kepada orang lain
Saya pikir, yang paling berharga itu uang & kekuasaan, emas permata – ternyata BUKAN juga... yang paling penting dan paling mahal itu “KESEHATAN dan NAMA BAIK”
Talun? Tempat siapa ya Zaq..aku malah gtau
ReplyDeleteaku lupa namanya siapa mba nurul. katanya deket ke Donowangun juga. terkenal si bapak itu banyak yang dateng
Delete