SEMARANG TRIP - Pagoda Watugong
Masih di Semarang, kali ini gue dan Diah memutuskan untuk mampir ke Pagoda Avalokitesvara Buddhagaya Watugong, yang menurut peta dan sejumlah arahan di google, dilewatin sama bus tuyul yang kemarin kita tumpangi. Seperti yang udah gue ceritain di postingan sebelumnya, bahwa kita 'ditipu' sama kenek bus, kita diturunin di sebuah halte BRT (yang kita lupa apa namanya). Si kenek dengan mudahnya menipu kita dan menurunkan kita di kala hujan belum reda.
Masuk ke halte, beli tiket BRT seharga Rp 3.500,- untuk menuju halte Mega Rubber (kalo ngga salah). Menurut petunjuk di beberapa ulasan hasil googling sebelumnya, dari halte Mega ke Pagoda Watugong bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Tapi pas kita sampai di halte tersebut, nggak keliatan mana Pagodanya. Meski berbekal google maps dan takut salah, akhirnya Diah bertanya ke orang yang kebetulan turun dari jembatan penyeberangan.
Menurut arahan dari dua mbak-mbak ini, kita tinggal menyeberang lalu jalan kaki sedikit dan sampai. Watugong ada di sebelah kiri jalan. Karena kita menggarisbawahi kata dekat, jalan kakilah kita. Namun, jangan telan bulat-bulat arti kata "dekat"-nya warga sekitar, yang ternyata jauh. Ditambah dengan gembolan kita yang udah kaya orang mau kabur dari rumah :(
Jaraknya? Nggak tau berapa kilometer, jauhnya mungkin melebihi jalan kaki dari kantor gue ke Setiabudi One. Selain itu, ini jalan raya yang nggak ada jalur pejalan kakinya. Jadilah kita jalan bersanding dengan para optimus prime.
Sedikit ngos-ngosan, sampailah kita di Pagoda Watugong. Udah mirip musafir banget kita nggak punya air putih untuk minum (untungnya hujan jadi hausnya nggak haus banget hahaha). Setelah menyapa pak satpam penjaga Watugong, masuklah kita ke Vihara. Nggak asik dengan barang bawaan segembol, ditaruhlah itu tas di pojokan sedangkan kita mulai asyik menjelajah seisi vihara.
Selanjutnya, kita bergegas pindah ke Pagoda-nya. Cuaca agak gerimis saat itu, untung bukan hujan besar sih hehe
Puas foto-foto, kita ngaso sambil nyemil dan nyari penginapan dekat stasiun. Yap, bahkan kita sudah check out dari Umbul, kita belum tahu mau tidur dimana nanti malam. Gue sempet nanya ke Ekki, temen gue yang stay di Semarang tentang penginapan ala backpacker di deket Stasiun Semarang Poncol. Beberapa penginapan hasil browsing kita telponin satu per satu tapi harganya jauh beda sama harga di internet. Akhirnya kita memutuskan untuk langsung sweeping ke venue.
Kita melanjutkan perjalanan dengan BRT lagi (Watugong ke halte kita jalan kaki lagi dong hahaha) dengan dandanan ala turis lengkap dengan topi dan ransel ala-ala serta perintilan lainnya. Perjalanan dari halte Mega turun ke Semarang agak lama, lewatin Tembalang, Gombel, dan beberapa spot kota lainnya. Sayangnya, kita duduk di pinggir dan jendela BRT tinggi jadi kita nggak bisa liat kelas di kanan kiri ada apaan aja.
Ternyata untuk menuju ke Halte Stasiun Semarang Poncol, kita harus transit dulu di halte Balai Kota (sepertinya haha sebenernya lupa itu halte apa). Di halte tersebut, kita ditanya mau kemana, mungkin karena dari penampilan keliatan banget kita adalah traveler (ya iyalah gembolannya udah kaya kura-kura obesitas begitu). Cukup lama dan terik hingga beberapa menit kemudian datanglah BRT Koridor 1 yang akan membawa kita menuju tempat tujuan.
Rezeki, bus arah Stasiun Poncol sepi jadi kita langsung pilih kursi paling belakang. Posisinya yang lebih tinggi membuat kita bisa melihat kanan kiri dan depan sekaligus. Kapan lagi kan bisa keliling kota Semarang dengan modal Rp 3.500 doang! Hehehe.
Mata udah agak kriyip-kriyip akhirnya sampai juga di Halte Stasiun Poncol. Bingung mau mengarah kemana karena hasil browsing kita nihil, akhirnya Diah bertanya penginapan murah ala mahasiswa ke bapak penjaga kantor depan Stasiun Poncol. Kata beliau, kita jalan ke arah kiri Stasiun Poncol, lurus aja terus. Ada penginapan dekat namanya Rahayu. Setelah mengucap terima kasih, kita pun menyusuri jalan Imam Bonjol. Hampir sama dengan kejadian turun dari BRT menuju Watugong, perjalanan ini pun terasa lama dan jauh nggak ketemu-temu sama yang namanya Hotel Rahayu.
Paling dekat yang kita temukan bernama Hotel Melati Kudus tapi penuh. Jalan lagi sampai hampir sampai pertigaan, ketemulah namanya Hotel Arjuna. Yang disuka dari hotel ini, resepsionisnya baik dan jujur. Sebelum kita deal mau check in, dia kasih tahu dulu plus minusnya hotel ini, bahwa airnya payau (dekat laut). Bayangin kalau pegawai culas mah udah langsung kita disuruh masuk -,-
Masnya juga memberi tahu, dekat Hotel Arjuna, ada 2 hotel lagi yang airnya nggak payau.
Kita kembali jalan sampai hampir ketemu lampu merah yang kalau diusut dikit lagi sampai di Stasiun Semarang Tawang. Well, bertemulah kita sama yang namanya Hotel Rahayu. Disini kita berpikir, jarak dari spot pertama kita bertanya, yang dibilang deket banget, sampai ke Hotel ini lumayan juga. Lumayan buat ngos-ngosan. Sehat banget liburan kita hahaha.
Badan udah lelah dan nggak tau mau kemana lagi, kita memutuskan untuk check in aja disini. Cuma numpang tidur sama mandi doang ini kan, maklum backpacker haha. Sempat khawatir karena sejauh mata memandang, tamu disini mayoritas lakik semua :(
Ya sudahlah, beberes dan bersiap, nanti malam saatnya membeli buah tangan!
MARI BERHITUNG!
PESAN-PESAN
Menurut arahan dari dua mbak-mbak ini, kita tinggal menyeberang lalu jalan kaki sedikit dan sampai. Watugong ada di sebelah kiri jalan. Karena kita menggarisbawahi kata dekat, jalan kakilah kita. Namun, jangan telan bulat-bulat arti kata "dekat"-nya warga sekitar, yang ternyata jauh. Ditambah dengan gembolan kita yang udah kaya orang mau kabur dari rumah :(
Jaraknya? Nggak tau berapa kilometer, jauhnya mungkin melebihi jalan kaki dari kantor gue ke Setiabudi One. Selain itu, ini jalan raya yang nggak ada jalur pejalan kakinya. Jadilah kita jalan bersanding dengan para optimus prime.
Sedikit ngos-ngosan, sampailah kita di Pagoda Watugong. Udah mirip musafir banget kita nggak punya air putih untuk minum (untungnya hujan jadi hausnya nggak haus banget hahaha). Setelah menyapa pak satpam penjaga Watugong, masuklah kita ke Vihara. Nggak asik dengan barang bawaan segembol, ditaruhlah itu tas di pojokan sedangkan kita mulai asyik menjelajah seisi vihara.
Pintu masuk ke Vihara dan Pagoda Watugong |
Pagoda dari kejauhan |
Patung Budha emas |
Selanjutnya, kita bergegas pindah ke Pagoda-nya. Cuaca agak gerimis saat itu, untung bukan hujan besar sih hehe
Menuju Pagoda, kita disambut oleh patung Dewi Kwan Im |
Dewi Kwan Im |
Ukiran naga |
Sembahyang |
Puas foto-foto, kita ngaso sambil nyemil dan nyari penginapan dekat stasiun. Yap, bahkan kita sudah check out dari Umbul, kita belum tahu mau tidur dimana nanti malam. Gue sempet nanya ke Ekki, temen gue yang stay di Semarang tentang penginapan ala backpacker di deket Stasiun Semarang Poncol. Beberapa penginapan hasil browsing kita telponin satu per satu tapi harganya jauh beda sama harga di internet. Akhirnya kita memutuskan untuk langsung sweeping ke venue.
Kita melanjutkan perjalanan dengan BRT lagi (Watugong ke halte kita jalan kaki lagi dong hahaha) dengan dandanan ala turis lengkap dengan topi dan ransel ala-ala serta perintilan lainnya. Perjalanan dari halte Mega turun ke Semarang agak lama, lewatin Tembalang, Gombel, dan beberapa spot kota lainnya. Sayangnya, kita duduk di pinggir dan jendela BRT tinggi jadi kita nggak bisa liat kelas di kanan kiri ada apaan aja.
Ternyata untuk menuju ke Halte Stasiun Semarang Poncol, kita harus transit dulu di halte Balai Kota (sepertinya haha sebenernya lupa itu halte apa). Di halte tersebut, kita ditanya mau kemana, mungkin karena dari penampilan keliatan banget kita adalah traveler (ya iyalah gembolannya udah kaya kura-kura obesitas begitu). Cukup lama dan terik hingga beberapa menit kemudian datanglah BRT Koridor 1 yang akan membawa kita menuju tempat tujuan.
Rezeki, bus arah Stasiun Poncol sepi jadi kita langsung pilih kursi paling belakang. Posisinya yang lebih tinggi membuat kita bisa melihat kanan kiri dan depan sekaligus. Kapan lagi kan bisa keliling kota Semarang dengan modal Rp 3.500 doang! Hehehe.
Foto di BRT ala-ala traveler |
Lawang Sewu dari kejauhan |
Mata udah agak kriyip-kriyip akhirnya sampai juga di Halte Stasiun Poncol. Bingung mau mengarah kemana karena hasil browsing kita nihil, akhirnya Diah bertanya penginapan murah ala mahasiswa ke bapak penjaga kantor depan Stasiun Poncol. Kata beliau, kita jalan ke arah kiri Stasiun Poncol, lurus aja terus. Ada penginapan dekat namanya Rahayu. Setelah mengucap terima kasih, kita pun menyusuri jalan Imam Bonjol. Hampir sama dengan kejadian turun dari BRT menuju Watugong, perjalanan ini pun terasa lama dan jauh nggak ketemu-temu sama yang namanya Hotel Rahayu.
Paling dekat yang kita temukan bernama Hotel Melati Kudus tapi penuh. Jalan lagi sampai hampir sampai pertigaan, ketemulah namanya Hotel Arjuna. Yang disuka dari hotel ini, resepsionisnya baik dan jujur. Sebelum kita deal mau check in, dia kasih tahu dulu plus minusnya hotel ini, bahwa airnya payau (dekat laut). Bayangin kalau pegawai culas mah udah langsung kita disuruh masuk -,-
Masnya juga memberi tahu, dekat Hotel Arjuna, ada 2 hotel lagi yang airnya nggak payau.
Kita kembali jalan sampai hampir ketemu lampu merah yang kalau diusut dikit lagi sampai di Stasiun Semarang Tawang. Well, bertemulah kita sama yang namanya Hotel Rahayu. Disini kita berpikir, jarak dari spot pertama kita bertanya, yang dibilang deket banget, sampai ke Hotel ini lumayan juga. Lumayan buat ngos-ngosan. Sehat banget liburan kita hahaha.
Badan udah lelah dan nggak tau mau kemana lagi, kita memutuskan untuk check in aja disini. Cuma numpang tidur sama mandi doang ini kan, maklum backpacker haha. Sempat khawatir karena sejauh mata memandang, tamu disini mayoritas lakik semua :(
Ya sudahlah, beberes dan bersiap, nanti malam saatnya membeli buah tangan!
MARI BERHITUNG!
Bus tuyul dari Babadan ke Halte BRT : Rp 3.000,-
BRT (TransSemarang) : Rp 3.500,- (transit nggak pake bayar lagi)
Penginapan Hotel Rahayu : Rp 180.000,- (AC, exclude breakfast)
PESAN-PESAN
1. Jangan telan mentah-mentah kalau warga sekitar berkata DEKAT. Ada baiknya siapkan tenaga dan air minum sebanyak-banyaknya hahaha
2. Jangan malu bertanya! The power of asking sangat dibutuhkan kalau kita nggak familiar dengan tempat yang kita kunjungi, termasuk saat wisata. Ya pilih-pilih juga sih salah-salah emang kadang bisa dikibulin sih hahaha
Salam traveler ala-ala! XOXO!
-zakia-
Pesan-pesannya itu mungkin harus dicatat buat kota lain juga hehehehe. Tapi BRT sepertinya membantu banget ya?
ReplyDeleteYup! Itu pesan bagi siapapun yang berlibur di kota manapun, tak hanya di Semarang hehehe.
DeleteAbsolutely yes! BRT sangat membantu kita. Trayeknya jelas juga kan. Ya lumayan lah bisa muterin kota Semarang hihi