CELOTEH CERITA RAMADAN DAY 6: Morning Call
Weekend seolah menjadi hari wajib bagi saya dan mama untuk saling bertukar cerita. Ya walaupun di hari biasa, kami juga sering telepon atau sekedar chatting, memberi kabar supaya mama dan abah nggak khawatir tentang saya disini.
Hari ini saya kira menjadi hari terberat saat saya mengangkat telepon dari mama. Bukan karena apa-apa, setelah apa yang terjadi satu minggu belakang, suara saya harus terdengar tegar. Saya harus meyakinkan mama bahwa saya baik baik saja disini.
Bagian terberat adalah saat menahan tangis yang ingin tumpah. Men, itu berat. Saya alihkan dengan tertawa dan mengalihkan topik pembicaraan. Namun pada akhirnya, kami harus tetap membahas hal itu, apa yang menjadi pikiran berat selama satu minggu.
I know it was my risk being journalist. I must be ready with everything. Termasuk resiko kemungkinan lebaran tidak di rumah.
Sekali lagi saya berusaha meyakinkan mama saya baik baik saja dan akan mengusahakan yang terbaik. Saya tidak ingin membuat mama khawatir.
Ada sebuah pepatah yang pernah saya dengar namun lupa siapa yang menyebutkannya. Intinya, utamakan keluargamu, luangkan waktu bersama keluargamu setelah banyak waktu yang tersita untuk perusahaan. Karena di saat kita tiada, perusahaan bisa dengan cepat mencari pengganti, sementara keluarga tidak. Kurang lebih demikian isinya.
Salam dari anak rantau yang rindu rumah.
Za.
0 comments: