[JOURNOLIFE] Cerita Mudik : Jalur Nagreg Sepi?
Mudik selalu menjadi event tahunan bagi masyarakat khususnya
warga Jakarta, untuk pulang ke kampung halaman dan berkumpul bersama keluarga
besar saat lebaran. Kenapa saya sebut Jakarta, karena sering banget nih kalau musim
mudik tiba, Jakarta lengangnya bukan kepalang. Tapi mudik lebaran juga jadi event tahunan buat para pekerja media
buat meninggalkan ibu kota. Bedanya, kalau orang lain pulang ke kampung halaman
buat lebaran beneran sama keluarga, kita pergi ke jalanan buat memberikan
informasi ter-update seputar arus
mudik. Dan inilah sekelumit cerita saya tentang pengalaman liputan arus mudik
dan balik tahun ini. ceilah. Hahaha.
Pembagian Kelompok
Selama saya bekerja
disini, hampir setiap tahunnya saya pulang ke rumah pas lebaran. Tahun kemarin
pas saya sudah join sebagai reporter
saja, saya dikasih buat cuti ke rumah. Makanya tahun ini sebenernya agak agak
curiga bakal dikirim liputan mudik. Tapi tetep aja saya iseng tanya ke atasan
saya pas ketemu di kantor.
“Pakde (panggilan ke section head saya), saya dapet cuti lebaran nggak ya?” // “Heh enak aja, tahun kemarin belum dapet liputan mudik kan? Tahun ini kamu berangkat,” // “Oh oke pakde, tapi jangan di Merak ya,” (iseng lho) // “Iya, dapet pantura kamu,”
Itu jawaban atasan saya
sambil lalu kembali ke mejanya yang kemudian saya iyakan dengan lapang dada.
Kan lumayan dapet Pantura bisa mampir ke rumah. Karena tahun lalu, tim mudik
Pantura aja sempet mampir ke rumah di hari lebaran setelah agak legaan
liputannya hihi.
Sayangnya, beberapa minggu
setelahnya, keluarlah pembagian wilayah tim mudik tahun ini dan saya dapet di
Nagreg alias jalur selatan, bareng Felicia. Lenny, Akbar dan Yana di Pantura, sementara Retno dan Rima di Merak.
Tim Mudik Asyik RTV 2018 - dari kiri ada Akbar, Retno, saya, Rima, Lenny, Felicia, dan Yana |
Memulai Perjalanan ke Nagreg
Long story short, tibalah waktu dimana kami
harus berangkat setelah persiapan yang cukup singkat bagi tim lapangannya. Packing aja baru dilakuin malem sebelum
berangkat. Bahkan masih sempet jajan di McD dulu haha. Jadi abis sahur nih, tanggal
8 Juni 2018 jam 4.30 pagi berangkatlah saya ke kantor, kumpul sama anak-anak
lain dan siapin alat yang mau dibawa ke bawah. Bukan saya sih yang bawa, tapi
anak anak cowo haha.
Anyway, tim saya di Nagreg untuk
reporternya ada Felicia Wu (selanjutnya saya singkat Cia ya), terus kameramennya ada Bang Nael sama Bang Riki,
dan pilotnya bareng Bang Meike dan Bang Dayat. Karena kebetulan Cia dan Bang Nael non muslim, jadi kemaren pas berangkat
mereka satu mobil biar lebih leluasa kalau mau ngemil di mobil tanpa merasa
sungkan. Tapi ternyata seterusnya itu jadi tim liputan karena dari awal sampai
akhir saya akhirnya bareng sama Bang Riki terus.
Agak tersendat di tol karena masih ada proyek pembangunan LRT |
Oke jadi kita berangkat
dari kantor sekitar pukul 5.30, langsung masuk tol dalam kota dan memang agak
tersendat di Bekasi sampai Cikarut (Cikarang Utama), setelahnya lancar. Cuma
saya tinggal tidur sih haha. Terima kasih karena kameramen saya hobi ngobrol
jadi bisa nemenin pilot deh hahaha.
Sempat berhenti di Rest
Area daerah Purwakarta (kalau nggak salah), kami akhirnya sampai di jalur
Nagreg itu hampir jam setengah sebelas pagi. Keluar tol Cileunyi, jalanan lancar parah. Iya
sih, masih H-7 dan orang juga kebanyakan masih kerja hari ini (walau hari
terakhir kerja sih kalau kantornya menganut cuti bersama yang ditetapkan oleh
pemerintah).
Kondisi jalur Nagreg yang masih asri alias banyak pohon |
Daaaan pemandangannya
seger banget. Kanan kiri banyak sawah bukit, langit biru, duh enak banget
liatnya. Walaupun panas, tapi udaranya sejuk. Oke bhaiq, jangan terpedaya dengan
udara sejuk, perlindungan dengan sunscreen harus tetap ON!
Tidur Dimana?
Ada DM masuk dari beberapa
temen yang komen di stories liputan
mudik saya. Tipe pertanyaannya hampir sama, “tinggal dan tidur dan mandi
dimana?”. Pas saya cerita ke temen juga, dia sebelum jadi wartawan juga ngira
kalau liputan mudik itu beneran di jalan tidurnya. Beberapa bilang tidur macem
di tenda atau pos polisi. Hahaha. Serius dulu saya memang mengagumi wartawan
yang liputan arus mudik begini tapi sama sekali nggak kepikiran soal di balik
layarnya alias tempat tinggal dan sebagainya.
Jadi begini, kalau kami
yang di tim Nagreg tinggal di rumah warga, alias di rumah Bu Ai yang udah jadi
langganan tim mudik RTV yang liputan di jalur selatan. Lokasinya terbilang
strategis, masih dapet arus kendaraan yang ke arah Garut/Tasik, juga masih
dapet yang ke arah Bandung. Tepatnya kita di dekat Pos Polisi Cikaledong, lokasi
yang sering jadi titik buat diberlakukan one
way.
Pemandangan depan rumah sewaan |
Kita dapet satu rumah
dengan 3 kamar dan 1 kamar mandi di lantai bawah, sementara rumah keluarga Bu
Ai ada di atasnya. Dan kalau dinas luar kota lebih dari 4 hari, kita dapet budget untuk laundry pakaian jadi ya kita beneran nggak usah memusingkan hal-hal
di luar liputan. Beruntung pula, di rumah Bu Ai ini, kesepakatan kantor selain
sewa rumah untuk tidur juga sekalian masakin makanan kita (jatah 2x sehari
karena pas puasa jadi buat sahur/sarapan dan buka puasa). Jadi beneran nggak
perlu pusing mau nyari makan kemana, paling kita tinggal request pengen lauk apa. Atau kalau pengen cemilan, ya tinggal ke
Indomaret yang agak ke atas dikit dari rumah kita. Yang nggak ada di daerah ini
hanya fast food macam McD, KFC,
Hokben dan lain sebagainya. Oh juga bakso mie ayam dan sebagainya agak jauh nyarinya. Hmmm.
Kalau tim lain kaya Pantura sama Merak, bisa tidur di hotel karena di jalur mereka ada hotel-hotel kan. Intinya, kita nggak tidur di mobil atau tenda lah. Hehe.
Live Report demi Live Report
Hari pertama kami tiba di
Nagreg merupakan jatah hari saya untuk memulai laporan arus mudik disini. Jadi
sebelum berangkat, kami sudah dibagikan rencana matriks untuk live report di jam berapa saja dalam
satu hari itu. Ini bisa berubah sewaktu-waktu menyesuaikan kondisi di lapangan.
Setidaknya, planning-nya demikian.
Polanya, satu hari saya live dari
subuh sampai sore, satu hari berikutnya Cia dari pagi sampai malam. Begitu
seterusnya.
Dan di hari pertama
tersebut, saya harus live report di
program Lensa Indonesia Sore jam 14.30 WIB. Masih ada waktu untuk ngulik-ngulik
sedikit informasi dari pak polisi di Pospol, walaupun kita harus memutar otak
untuk bikin pointers apa aja yang
akan kita sampaikan ke pemirsa karena kondisi jalanan yang masih lengang. Ya
memang masih H-7 sih, orang juga kebanyakan masih kerja di hari ini.
Prinsipnya, saya harus menyampaikan sesuatu yang informatif yang bisa
memberikan manfaat bagi para pemudik yang akan melewati jalur ini.
Live pertama di program Mudik Asyik, jalanan masih kosong |
Berbagi layar bareng tim Pantura yeay |
Usai live, saya dan tim sengaja untuk survey lokasi, melihat jalur Nagreg ini kondisi jalanannya seperti
apa, mana saja yang sering menjadi titik rawan kemacetan dan kecelakaan, dan
ngobrol-ngobrol sama Polisi di Pos Tangan (pos pelayanan yang terletak di
Turunan Nagreg) tentang prediksi puncak arus mudik. Ini memang baru pertama
kali saya melintas di jalur Nagreg dan jika melihat kondisi jalanannya, pemudik
ini harus punya skill dan konsentrasi
tinggi saat menyetir. Kenapa? Karena jalanannya sendiri banyak turunan dan
tikungan yang cukup curam dan tajam. Waktu pilot saya menyalip mobil depannya
dan di jalur sebaliknya ada bis aja udah cukup deg-deg-an.
Oke, balik lagi soal live report, jadi dalam sehari kita
dapet jatah untuk live 4x sehari.
Kalau saya pribadi, dapet jatah untuk live
di Lensa Indonesia Pagi jam 5 pagi, Lensa Indonesia Siang jam 11 siang
(berlaku untuk weekday), Lensa Update
jam 1 siang dan Lensa Indonesia Sore jam 14.30 WIB. Sementara kalau Felicia,
dapet jatah live di Lensa Update jam
8 pagi, Lensa Indonesia Siang, Lensa Indonesia Sore dan Lensa Indonesia Malam
sekitar jam 8 malam (taping by the way).
Nah, di hari kita nggak dapet jatah live,
biasanya kita pakai buat liputan atau nyari update
soal arus mudik ini deh. Ya tapi beberapa kali kalau capek ya kita pakai
buat istirahat juga haha. Kesehatan tetap menjadi nomor satu guys!
Live subuh yang super dingin di Nagreg |
Soal lokasi, kalau subuh
biasanya saya cuma ke seberang rumah (pos Cikaledong) dan itu dinginnya super
duper sampai keluar asap dari mulut (kalau saya lihat ya haha). Kelar live bisa istirahat bentar di rumah,
baru keluar jam 8an nyari spot lain
yang lebih kece buat dilaporin mengingat kondisi Nagreg yang sepi sepi aja ya
bu. Paling merapat ke Limbangan atau ke Cileunyi. Tapi ya, landai.
Contekan ajaib untuk live |
Kalau live report sendiri, saya belum sampai di tahap pede nggak bawa
contekan. Jadi saya selalu catat poin poin apa saja yang akan saya sampaikan di
notes yang selalu saya bawa liputan. Ini
buat jaga-jaga sih, bukan buat dihapal. Karena (katanya) kalau dihapal, kita
lupa satu kalimat langsung buyar semuanya. Walaupun pada akhirnya seringnya saya ngomong nggak liat catatan, tapi notes kecil ini selalu saya pegang di tangan kiri saya. Ya itu,
nggak pede kalau nggak bawa catatan hihi.
Make Up harus On Point!
Namanya di depan layar,
diliat banyak orang (mungkin kan pada nonton tv saya gitu haha), nggak enak kan
kalau pas live itu polosan alias
nggak dandan. Biasanya kalo ngantor, saya cuma pake day cream, alis, bedak tabur dikit, blush on sama lip cream.
Kalau harus live, paling touch up dikit bedak sama lip cream-nya. Anaknya emang agak males
sih buat dandan kalau nggak ada event haha.
Felicia in action yeay |
Sebelum berangkat, kita
juga sempet dikasih kelas make up
walaupun pas hari H bebas kita mau dandan sesuai yang di kelas atau yang biasa
kita lakuin. Di awal-awal liputan (live),
masih rajin pake paket lengkap mulai dari foundation,
concealer, eyeshadow, eyeliner sampe mascara.
Di pertengahan sampai akhir, udah say
goodbye sama foundie dan concealer. Pake eyeshadow aja dikit dikit kalau nggak males. Hahaha.
candid yang hampir jarang berhasil kece gitu huff |
Karena pernah sekali nggak
pake eyeshadow dan eyeliner (juga kayaknya), langsung
dikomen. Mata saya memang agak kecil sih, plus kalau kena sinar matahari
langsung menyipit lah haha.
Nanti di postingan
terpisah, saya akan sebutkan 5 make up
apa saja yang jadi penyelamat di liputan kali ini. OK? Tapi boleh dong baca dulu review saya soal lip cream andalan saya buat mudik disini dan juga bedak yang kece banget buat oncam rekomendasi saya disini. Hihi
Jalur Nagreg Sepi?
Hari pertama kami tiba, which is itu H-7, kondisi jalanan masih
sepi sampai malam. Hari kedua, nggak beda jauh. Hari ketiga, hampir sama. Hari
keempat, tidak ada kepadatan yang berarti. Barulah di hari kelima, malam hari,
depan rumah macetnya nggak nahan shay.
Nah ini macetnya di hari kelima kami tiba di Nagreg |
Pemerintah sendiri
memprediksi bahwa puncak arus mudik, termasuk di jalur selatan, akan terjadi di
tanggal 9-10 Juni 2018. Mengingat cuti bersama yang ditetapkan oleh pemerintah
dimulai tanggal 11 Juni 2018, sehingga diperkirakan para perantau ini bisa
curi-curi gitu mudik gitu dari hari Jumatnya (8/6). Sayangnya ini tidak nampak
di jalur Nagreg.
Tanggal 9 Juni, jatah
Felicia live sementara saya liputan
ikut Kakorlantas, Irjen Royke Lumowa, yang lagi tinjauan ke Nagreg. Beliau sih
bilangnya kurang lebih begini, “karena cutinya panjang, masyarakat jadi lebih
bijak dalam memilih hari mudik sehingga nggak numpuk di satu hari tertentu aja.
Tapi namanya juga prediksi, coba kita lihat di esok hari (10/6),”.
Besoknya, jatah saya yang live. Bingung karena depan rumah masih
begini-begini aja, akhirnya saya nyoba untuk merapat ke Cileunyi, yang jadi
gerbang masuknya para pemudik jalur selatan. Tapi rupanya, kondisinya masih
ramai lancar alias belum terjadi kepadatan, termasuk di gerbang keluar tol
Cileunyi. Akhirnya kulik-kulik info sedikit di Pos Pelayanan Cileunyi buat
materi live yang lebih ngomongin soal
rencana rekayasa lalu lintas kalau terjadi kepadatan di titik tersebut dan tim
urai yang disiagakan polres Bandung. Teriknya luar biasa. Tapi biar puasa,
teriknya nggak sampai yang bikin haus banget, beda sama terik di Jakarta haha.
Sayangnya, karena terik ini, kita gagal live
di yang jam 14.30 karena kelamaan standby
alatnya nggak kuat. Katanya sih gitu. Huff.
H-5 di Cileunyi masih landai |
Tak hanya Polres Bandung
yang punya rencana untuk mengurai kepadatan, Jasa Marga juga turut andil
membantu agar mudik tahun ini berjalan lancar. Seperti, saat arus mudik ini,
ada 10 gerbang keluar yang dibuka (biasanya hanya 8 gerbang), lalu mereka juga
melakukan metode ‘jemput bola’. Artinya, para petugas dari jasa marga ini nanti
yang akan ‘nyamperin’ mobil pemudik satu per satu kalau terjadi antrean panjang
sambil bawa alat namanya mobile reader.
Pemudik ini tinggal tap e-money nya
di mobile reader ini. Selain itu,
kalau di dalem tolnya terjadi antrean panjang sampai 5 kilometer, Jasa Marga
(cabang Purbaleunyi dalam hal ini) membuka pintu tol sementara di Gedebage dan
kendaraan dialihkan untuk lewat jalur alternatif Cijapati via Sapan-Majalaya.
Tapi kayaknya nggak sampai terjadi sih ini.
Hari-hari berikutnya,
masih ‘raba-raba’ dimana ya enaknya yang bisa ada materi bagus buat live. Merapat lah kita ke Limbangan,
tepatnya di Pos Pelayanan Alun-Alun Limbangan. Pagi situasi masih lancar-lancar
aja jadi sengaja di Lensa Siang ngajak Kapolres Garut, AKBP Budi Satria Wiguna, buat live ngomongin seputar arus lalin di
Garut beserta rekayasa lalinnya. Kalau boleh saya ceritakan sedikit kondisi
arus lalu lintas di Limbangan, jalur ini memang agak sempit karena dua jalur
kan. Terus ada pasar dan banyak gang gitu yang banyak kendaraan keluar masuk.
Itu lumayan bikin tersendat lho. Makanya dari akhir pekan sebelum lebaran itu,
Polres Garut udah melakukan one way
traffic secara situasional, kalau kendaraan sudah menumpuk dan ekornya
mencapai Nagreg. Pak Budi sendiri orangnya enak diajak kerjasama, sharing info juga bahkan bercandaan.
Seneng kalau ketemu narsum yang begini haha.
Di hari yang sama juga,
waktu masih nunggu Kapolda Jabar dateng tinjauan ke Limbangan, saya dan
beberapa wartawan TV sebelah yang ngepos di Nagreg nih, saling curhat tentang
materi live yang kudu puter otak
banget mau ngomongin apa yang nggak kosong alias tetep informatif bagi
pemirsa. Jalanan boleh kosong, tapi isi laporan kita jelas nggak boleh kosong
dong. Eh nggak taunya, setelah kami bubar jalan ke tempat tinggal
masing-masing, sore ke malemnya, jalanan langsung macet panjang. Naik level
dari ramai lancar menjadi padat merayap. Data dari Dishub Kab Bandung sendiri
memang mencatat ada kenaikan yang cukup signifikan sih dari H-4 ke H-3 (naik)
sekitar 20 ribuan kendaraan. Macetnya sendiri bisa dari Cicalengka atau Polres
Nagreg sampai Limbangan. Pemudik sih biasanya gondok kesel ya, tapi kita
bersyukur karena akhirnya dapet macet juga. Bukan bermaksud jahat tapi biar agak variasi aja gitu haha.
Kondisi lalu lintas di H-3 jalur Nagreg depan Pos Cikaledong |
Sayangnya, besokannya atau
di H-2 yang lagi puncak-puncaknya kendaraan ke arah Garut/Tasik dari Bandung,
bukan jatah saya yang live. Di hari
itu, rekayasa lalu lintas diberlakukan mulai dari pengalihan jalur (via Kadungora-Leles)
sampai buka tutup jalur. Banyak materi kan haha. Beruntung banget itu Felicia
bisa dapet macet.
Pemudik sendiri didominasi pemudik yang menggunakan sepeda motor sepemantauan kami |
Pasalnya, esok harinya di
H-1, volume kendaraan yang melintas mulai menurun alias kembali ramai lancar.
Nih ya, saya ceritain, waktu saya live subuh,
lagi siap-siap blocking-an, jalanan
padet sama kendaraan pemudik mulai dari motor (paling banyak), mobil sampai
bus. Udah enak banget kan live-nya
bisa jelasin kondisi terkini alias laporan pandangan mata. 10 menit to on air, jalanan langsung melompong
karena udah mulai diurai antrean kendaraannya. Kendaraan juga yang belum sampai
simpang Cagak (persimpangan sebelum Cikaledong) juga diarahkan untuk lewat
Garut Kota. Jadi yang lewat depan Cikaledong hanya motor-motor saja. Buset itu
menit-menit terakhir harus putar otak buat modifikasi materi live yang menggambarkan kondisi terkini,
tapi juga menceritakan bahwa sempat terjadi kepadatan sebelumnya.
Kondisi jalur Nagreg H-1 di jam 5 subuh |
15 menit sebelum on air live, kondisi masih begini. 5 menit kemudian, jalanan sudah kosong dong |
Di program siang, coba
geser ke simpang Cagak nggak taunya lancar. Live
di depan posnya anak tvOne saling tuker info apa yang mau diomongin (dia
juga mau live haha). Karena
kondisinya nggak berubah, di lensa update
jam 1 akhirnya bikin wawancara sama pemudik yang bawa anak sambil kasih tips
mudik bawa anak biar nggak rewel gitu. Jam 14.30 merapat ke Limbangan berharap
ada buka tutup gitu pas live eh
ternyata sudah landai haha.
Live terakhir di arus mudik Nagreg. Iya soalnya besok live-nya udah arus balik hihi |
Jadilah hari itu saya
nggak kebagian macet-macetnya dan langsung merapat ke Bandung buat lebaran
disana.
Suka Duka di Arus Mudik
Sukanya, tentu ini pengalaman baru buat saya. Ke daerah yang baru, kenal sama orang-orang baru, materi yang lain-lain pula dari biasanya, dan tempat yang adem (walaupun ademnya menipu alias tetep panas). Dan seru aja gitu, kami semua live di satu waktu yang sama terus split 4 sama mereka. Oh ya, momen mudik ini bener-bener jadi ajang latihan banget sih buat berani tampil di layar dan memperlancar live report. Kenapa? Karena waktu kita untuk oncam ataupun live jadi lebih banyak dan hampir di semua program berita kita plus update di jam-jam tertentu. Selain itu, kalau saya pribadi bener-bener merasa ditantang kudu bisa menyajikan materi live report di tengah kondisi yang datanya itu-itu aja (tidak terlalu ada perubahan yang signifikan).
Itu kalau soal suka di layar ya, kalau di balik layar, Alhamdulillah banget sih punya partner kerja seperti mereka yang kocak, saling menyemangati dan julid di waktu yang bersamaan. Di hari ketiga atau keempat gitu saya lupa, kita bikin grup buat group video call. Isi pembicaraanya? Ya itu, saling menanyakan kabar, kondisi lapangan, ngecengin dan ngehibur satu sama lain dan tak lupa untuk julid. Okesip!
Kalau dukanya, saya pribadi suka kesel kalau ada gangguan teknis, dalam hal ini alat yang kadang nge-hang padahal tim sudah siap ngonsepin materi buat live. Miskomunikasi juga pasti ada antara tim lapangan dan tim yang di kantor, kadang bikin kesel sih tapi ya udah dicoba untuk diomongin lalu dilupakan haha. Kebetulan manager saya juga bikin grup buat curhat kalau ada masalah di lapangan, jadi tersalurkan sih rasa-rasa kesalnya. Sedikit. Haha. Selain itu, beneran deh, kesehatan itu kudu dijaga banget pas liputan begini. Saya dan Cia tumbang untungnya di hari yang berbeda. Cia di hari hari awal (pas jatah saya live), dan saya di hari hari akhir mendekati lebaran (pas jatah Cia yang live). Vitamin menjadi hal yang sangat dibutuhkan kalau begini, soalnya kalau sakit repot dan nyusahin tim lain kan. Untung aja ini pas tumbangnya, pas bukan jatah kita yang live. Anaknya mencoba untuk selalu bersyukur. Hehe.
Soal lebaran nggak di rumah? Sedih sih sebenernya. Biasanya malem takbiran, bisa denger takbiran langsung di rumah (kebetulan rumah diapit sama masjid dan mushola), tahun ini malem takbirannya di hotel (nggak terlalu kedengeran takbiran dari masjid) dan nangis pas denger takbirannya Quran ID Project. Kaya yang merasa kurang bersyukur aja gitu...ah gitu deh, tonton aja videonya. Tapi ya namanya resiko pekerjaan sih ya buat jadi pelajaran aja hehe.
Toh lebaran tahun ini jadi pengalaman baru buat saya pribadi. Selain karena di tempat orang, saya juga sempat menjelajah ke beberapa tempat pas di Bandung dan juga di Garut setelah lebaran. Anaknya suka jalan-jalan sih hihi. Nanti cerita selengkapnya saya ceritakan di postingan selanjutnya ya.
Jadi, masih tertarik untuk jadi reporter? Hahaha.
XOXO!
Za
0 comments: